CIS

ini cerita tentang CIS. CIS itu kepanjangan dari Camping Ilmiah Seveners. dari namanya bisa ditebak kegiatan seperti apa itu. disini aku akan menceritakan pengalaman ku saat mengikuti CIS dulu waktu masih kelas satu SMA.

Mungkin sudut pandang cerita aku jadikan orang ketiga aja ya, hehe. jadi ini ceritanya ada temen yang menceritakan tentangku. sebenarnya mau bikin cerita lelucon, tapi berhubung karena ini yang lagi kepikiran dan menarik, jadi ya.. 😀

***

CIS diadakan tiga hari dua malam. malam kedua diisi acara pensi. dalam sepengetahuanku, di malam sebelumnya ada teman-temanku yang ditunjuk untuk melakukan sesuatu saat pensi itu. ternyata memang benar. apa sesuatu itu? yang jelas aku tidak begitu suka. dan salah satu sahabatku ini ditunjuk. awalnya saat ku tanya apa yang harus dilakukannya, dia tidak mau menceritakannya dengan jelas. jawabannya hanya, “lihat saja nanti”. teman-teman ini ditunjuk saat malam pertama CIS, jadi aku punya waktu penasaran selama satu hari penuh. muncul keinginan untuk bertanya dengan teman-teman yang lain, yang juga di tunjuk seperti sahabatku ini. tetapi aku bukan anak yang pandai berbicara. aku termasuk kedalam golongan anak-anak pendiam. tidak jauh berbeda dengan sahabatku tadi, meskipun dia tidak banyak berbicara. jika ia berbicara, kata-kata yang keluar dari mulutnya bukanlah sesuatu yang pantas untuk dilewatkan. dia orang yang benar-benar tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. mungkin jika ada orang yang barusaja mengenalnya akan mengangap ia adalah seorang pendiam seperti aku. tetapi jika sudah kenal lebih dekat, semua obrolannya menarik. dia bisa juga banyak berbicara. dan apa yang ia katakan aku bilang cukup berilmu, begitu juga dengan guyonan-guyonannya. dalam hatiku yang paling dalam aku berpikir, kapan aku bisa seperti dia.

ehm.. lanjut cerita tentang CIS. saat malam pensi, aku lihat ada beberapa anak yang bingung. bingung apa yang akan dia lakukan. ada yang mencari-cari sesuatu, ada yang berbicara sendiri, dan lain-lain. tapi sahabatku yang ini terlihat sangat santai.dengan kaos lengan panjang putih yang biasa ia kenakan dan celana olahraga sekolah yang berwarna biru itu, serta sandal swallow biru yang agak kebesaran (katanya punya ayahnya).

aku baru mengetahui sesuatu yang akan ia lakukan saat orang pertama dari temanku maju. ini semacam permainan yang tidak baik. guyonan yang tidak lucu meskipun lucu. teman-temanku itu disuruh ‘menembak’ seseorang, lawan jenisnya. sebagian dari kakak kelas yang ditembak, sebagian dari teman-temanku sendiri. aku tahu sahabatku ini tidak menyukai hal yang seperti ini, dan sifat malasnya pun muncul. memang terlihat aneh orang sepintar sahabatku ini mempunyai sifat pemalas. Tapi ia hanya malas kepada sesuatu yang tidak ia sukai. Ia lebih sering melakukan hal-hal yang menurutnya menarik. Meskipun terkadang sesuatu yang suharusnya ia lakukan dianggapnya tidak menarik. Tapi hebatnya dia melakukannya meskipun dia tidak melakukannya. Maksudnya, orang lain mengira ia melakukannya, padahal tidak jika dicermati lebih lanjut.

Waktu berlalu begitu saja. Tak ada hal yang menarik dari permainan ini. Hingga tiba saat sahabatku ini maju kedepan. Saat itu aku coba menebak-nebak apa yang akan dia lakukan. Perempuan yang maju ternyata tidak dari kakak kelas. Perempuan itu teman kami. Meskipun sahabatku belum pernah mengatakannya, tapi aku tahu kalau sahabatku menyukainya. Aku juga bisa melihat perubahan raut wajahnya saat perempuan itu dipanggil, meskipun tidak mencolok. Aku tahu karena sudah lama aku mengenalnya, dan cukup sering bersama sahabatku itu. Sering kita bercerita tentang teman-teman kami. Bukan keburukan mereka, tetapi tentang momen-momen yang menarik. Entah itu bahagia, sedih, unik, atau yang lain. Yang aku tangkap, ia lebih sering bercerita tentang perempuan itu, meskipun tidak langsung seperti bercerita tentang teman perempuan tadi. Bagitu juga ketika aku yang bercerita, konsentrasinya mendengarkan meningkat saat menyangkut perempuan tadi.

Kembali ke pensi. Teman-teman laki-laki yang maju sebelum dia, semuanya membawa hadiah untuk diberika kepada perempuan yang akan ditembaknya. Tetapi sahabatku ini tidak membawa apa-apa. Dan saat itu aku samasekali tidak bisa menebak apa yang dipikirkannya, maupun apa yang akan dia lakukan.

Suasana jadi sepi ketika mic diberika kepadanya. Pensi ini diadakan di area kosong dimana seluruh peserta maupun panitia melingkari api unggun. Lingkaran yang cukup besar tentunya. Temanku berada di dekat api unggun. Terdiam untuk sesaat. mimik wajahnya menjadi serius, begitupun semua yang menontonya. Lalu tiba-tiba menjadi raut wajah yang rileks. Aku tahu itu adalah saat dimana ia berpikir. Sejak ia maju, keadaan mendai menarik daripada sebelum ini, dimana sebelumnya hanya ada guyonan-guyonan dan gojekan tidak serius.

Tiba-tiba ia melepas salah satu sandal swallownya. Dan berkata,

“maaf, aku tidak membawa apa-apa”

Perempuan tadi pun membalas, “tidak masalah”

ada dari kata-kata yang mereka keluarkan cukup shaydu, antara merdu dan romantis. Seperti saat sahabatku bercerita tentang perempuan itu. sejenak aku berpikir, apakah ia benar-benar akan menembaknya secara serius? Padahal aku tahu, dia bukan orang yang suka dengan pacaran. tiba-tiba ia berkata, sambil mengangkat sandalnya kedepan,

tahukan kamu, kau sangat berarti buatku

tanpamu hidupku terasa janggal

aku tak bisa membayangkan hari-hari yang akan kulalui jika tanpamu

kau tentu tahu, engkau dilahirkan memiliki pasangan

walaupun saat kau bersama, kau terinjak-injak

setidaknya bisa berguna

tahukan kamu, jika kau pergi, pasanganmu tak hanya diinjak-injak

ia pun juga akan dibuang, dikucilkan, tidak berharga, dan tidak berguna

meskipun kau masih milik orang tua

tapi tak rela rasanya jika kau pergi

seakan-akan aku tak bisa hidup tanpamu

aku akan terluka juka kau pergi

jadi kumohon,

tetaplah disini bersamaku

bukan fisik yang membuatku menyukaimu

tapi hal lain

kau berguna bagi tiap orang

aku juga ingin sepertimu

sekali lagi aku memohon

janganlah engkau pergi meninggalkanku

 

Tak ku sangka dia benar-benar mengatakan semua ini. Puisi yang dia lantunkan menusuk ke hati. Kata-katanya memang agak biasa, tetapi cara ia mengatakan semua tadi benar-benar sendu. Beberapa teman perempuan ada juga yang terharu. Saat dia diam, suasana menjadi tegang dan sepi. Perempuan yang ada didepan sahabatku itu diam tak berkata-kata. Matanya berkaca-kaca.

Ssat perempuan tadi mengangkat micnya dan akan berbicara, tiba-tiba sahabatku tadi tertawa. Semua menjadi heran. Dia pun berkata,

“maaf, tadi itu aku berbicara sama sandalku. Maaaaf banget, kalo aktingku masih kurang bagus. Jujur aku ngga bisa nahan ketawa tadi, hahaha..”

Ia pun berjalan mendekati perempuan tadi, dan memberikan sebuah recorder mini, lalu berkata,

“kalau masih belum percaya, coba dengarkan lagi”

Dia pun berjalan kearahku dengan puas. Belum sampai sampingku ketika recorder tadi diputar. Aku menyimak setiap kata yang ia katakan. Dan memang benar, kata-katanya cocok dan pas jika ditunjukkan kepada saldal yang ia bawa. Aku pun tersadar, tadi ia mengangkat sandalnya tepat di depan wajahnya. Dan yang ia lihat aku yakin sandal yang ada di tangannya itu, meskipun jauh di depannya ada perempuan yang ia sukai. Aku memang tau, dia bukan orang yang mau melihat secara langsung lawan jenisnya. Entah karena ia malu ataupun tidak menarik.

“cerdas!” kata itu langsung keluar dari mulutku. Dia pun tersenyum.

Di akhir acara, dia maju kedepan. Mendapat hadiah dari panitia kakak kelas, karena ulahnya yang tadi. Dianggap yang paling menarik.

***

Itu tadi cerita dari sahabatku yang aku copas dari notenya. Menarik kan? XD

Tinggalkan komentar